Arsitektur Gereja Katolik
- Dania Caw
- 22 Apr
- 3 menit membaca

Gedung gereja Katolik biasanya memiliki karakteristik unik seperti menjulang tinggi tanpa plafon dengan dan ornamen pada kaca, jendela hingga struktur gedung. Dalam rangka menghormati keindahan diri Paus Fransiskus yang baru saja berpulang pada Senin, 21 April 2025, Tunas ingin membahas keindahan arsitektur gedung gereja Katolik.
Arsitektur Gereja Abad 19: Neo-gotik
Arsitektur neo-gotik berkembang di abad ke-19 karena filosofi yang ingin mengangkat arsitektur gotik yang bergaya Abad Pertengahan. Bangunan gotik atau neo gotik memiliki ciri-ciri vertikalitas, jendela besar dengan ornamen kaca patri, serta ujung-ujung lancip.
Salah satu gereja yang menggunakan gaya arsitektur ini adalah Katedral Jakarta, yang merupakan bangunan cagar budaya. Terletak persis di seberang Masjid Istiqlal, kaca patri indah dapat dinikmati di seantero bangunan. Rasa abad pertengahannya sendiri dapat dinikmati dari jendela dan pintu yang kerap berornamen besi berwarna indah dengan gaya lengkung melancip.

Katedral Jakarta memiliki tiga menara khas yang menjulang ke atas. Menariknya, menara-menara ini terbuat dari besi padahal sebenarnya besi kurang cocok untuk struktur arsitektur neo-gotik. Tetapi, karena berlokasi di daerah rawan gempa, maka besi dipilih untuk melanggengkan struktur bangunan hingga ke puncaknya.

Gedung monumental ini sudah berusia hampir 125 tahun, dan tentunya diharapkan dapat terus bertahan hingga berabad-abad kemudian. Bangunan yang ada saat ini merupakan rancangan imam-arsitek Pater Antonius Dijkmans, SJ yang mulai dibangun tahun 1891 dan diselesaikan oleh M. J. Hulswit pada tahun 1901.
Arsitektur neo-gotik katedral umat Katolik tidak hanya di Jakarta saja, tetapi juga dapat ditemukan di Bogor, Bandung, Ambon, dan Manado; selain tentunya, benua Eropa dan Amerika.
Arsitektur Gereja Abad 20: Masuknya Beton Bertulang
Pada abad ke-20, gereja-gereja sudah mulai mengadopsi teknik beton bertulang sehingga gaya arsitekturnya pun mengalami pergeseran. Arsitektur bangunan gereja menjadi lebih bebas berekspresi dan memilih bahan bangunannya.
Katedral Bogor, misalnya. Walaupun gayanya tetap klasik neo-gotik tetapi sebenarnya struktur utama gedung parokinya sudah menggunakan beton bertulang dan dinding lengkungnya menggunakan beton cor (Herliana, 2014).
Graha Pemuda yang ada di dalam kompleks Katedral Jakarta juga sudah menggunakan teknik pondasi bore pile dan pile cap (Hakim et al, 2023) dengan mengebor tanah, menancapkan rangka besi, dan menuangkan campuran semen untuk membentuk beton bertulang sebagai tiang pancangnya. Bangunan ini bersejarah karena Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda berlangsung di sini.
Gaya brutalisme abad-20 memang masih belum terlalu diadopsi oleh gereja Katolik di Indonesia, tetapi ada beberapa yang terkenal di Eropa karena bangunannya sangat unik, contoh: Gereja Santa Nikolas di Heremence, Swiss.

Dibangun pada tahun 1968, gereja yang berfungsi penuh dan mengadakan misa mingguan ini mayoritas menggunakan beton. Namun, rasa ‘dingin’ beton tidak lantas memupuskan keindahan pencahayaan dan akustik di gereja yang mampu menampung hingga 500 umat ini.
Demikianlah pergeseran keindahan arsitektur gereja Katolik. Tidak tertutup kemungkinan gaya gereja Katolik ke depannya akan mengalami pergeseran dengan semakin semakin banyaknya jenis bahan bangunan seperti tipe semen, beton siap pakai, dan beragam besi yang tersedia.
Selamat jalan, Paus Fransiskus. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Tentang Tunas
Tunas Niaga Konstruksindo (Tunas) adalah penyedia semen dan bahan bangunan berkualitas untuk berbagai proyek dan pabrik dengan pengalaman lebih dari 10 tahun. Komitmen utama Tunas adalah menjaga kepercayaan pelanggan dengan memberikan layanan prima melalui pengiriman barang tepat waktu dan solusi terbaik untuk kebutuhan spesifik Anda. Saat ini Tunas melayani pengiriman di area Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
コメント